Sabtu, 23 April 2011

mengajari kita sebagai orang tua agar lebih bijak menghadapi masalah dalam rumah tangga terutama membimbing anak




15 tahun yang lalu ketika meninggalkan kampung halamanku menuju dunia baru yaitu rumah mertua.indah,waktu itu aku diantar oleh kedua orang tuaku beserta famili familiku. Disepanjang jalan aku selalu berfikir, dan berfikir tidak berhenti,mengenai hidupku bersama keluarga baruku,hatiku tidak tenang,gelisah,jantungku berdetak takberaturan,karena membayangkan omongan orang,suka duka tinggal sama mertua.

Kira kirapukul 3 sore aku beserta keluargaku sampai dijakarta aku beserta sekluargaku disambut dengan hangatnya oleh keluarga suami dan para tetangga.karna pada waktu itu mertua sengaja membuat syukuran dengan mengadakan pengajian.

Bada isya orangtuaku beserta keluarga berpamitan pulang,pada waktu itu hatiku tambah tak jelas.apalagi pada waktu ayahku berpesan singkat tentang bagaimana berpetilaku atau menyikapi tentang keluarga baruku tidak terasa air mataku mengalir dengan derasnya.suaraku berkata kata,aplagi waktu keluargaku melambaikan tangan berpisah sementara waktu.

Pada keesokan harinya saya melakukan aktifitas seperti dirumaku sendiri,hari pertama aku tinggal dirumah mertuaku’’ ternyata tidak seburuk apa yg saya bayangkan.mertua beserta ipar iparku semuanya ramah,baik bahkan mau memanggil saya kaka padahal usia saya jauh lebih muda dari mereka.

Singkat cerita kurang lebih 2 tahun sudah,saya berumah tangga akhirnya saya melahirkan putrid pertama saya.saya begitu senang,gembira karna telah melahirkan anak yang sehat,dan cantik.

Akan tetapi dibalik kebahagiaan saya,ternyata tak seindah yang saya bayangkan.karna nama nama yang saya persiapkan jauh jauh hari beserta suami saya tidak terpakai alias ditolak mentah mentah,dan memakai nama yang telah di persiapkan oleh mertuaku.

Tapi saya tidak mengambil sisi positifnya saja mungkin mertua saya sangat saying dan gembira karena telah memiliki cucu pertamanya.dengan melupakan siapa sebenarnya orang tuanya.dengan tidak sadar sudah menyinggung hatiku dan suamiku.

Tetapi tidak sampai disitu mertua saya selalu mendidik apa saja yang berhubungan dengan anak saya.

Mengenai pola asuh,sampai pendidikannya pun ditentukan oleh mertua,sekolah dimana,bagus atau tidak teman temannya siapa,pokonya bla bla deh ….

Dan hak saya sebagai orang tuanya itu apa ?

Singkat cerita saya melahirkan lagi anak ke dua,tiga dan keempat,dengan jarak tiga tahun’’keduali puti pertamaku enam tahun.dengan lahirnya anak yang kedua mertua kembali ikut andil dalam member nama mungkin lebih dari satu,pola asuh atau pendidikanya.inginya’’ semuanya,dan suami tidak senang,dan akhirnya suami saya memutuskan untuk pindah rumah.

Dan kami mulai belajar hidup mandiri yaitu dengan mengontrak sebuah rumah,kehidupan keluarga saya sedikit demi sedikit berunsur baik.ditambah lagi saya mulai mengajar disalah satu TK,dan saya sedikit mulai bisa membantu perekonomian suami,ditambah lagi anak saya.yang bungsu sekolah ditempat saya,mengaja secara tidak langsung saya bisa mengawasi anak saya tercinta.

Tetapi Allah mempunyai maksut lain menguji kesabaran hambanya,mula mula dari mengerjakan tugas sekolahnya,putrid pertama saya yang sekarang duduk disalah satu SMP di Jakarta Timur tepatnya kelas III SMP.

Berawal dari mengerjakan tugas sekolahnya diwarnet yang bertujuan untuk mencari artikel jurnal yang diperintahkan gurunya.tapi dia kebablasan ingin main fase book an dengan temanya dan mencari teman lewat fase book.

Buruknya dengan berubahnya putrid saya terdengar oleh mertua saya.Dia menghujat,menghina,dan melontarkan kata kata yang tidak enak didengar,tapi engga apa ini merupakan kesalahan saya,dan saya akan lebih waspada lagi untuk mengawasi anak saya dan’’ perhatian khusus demi anak saya.

Dengan adanya surat panggilan dari sekolah anak saya,karna anak saya sering bolos,saya tidak menyalahkan anak saya tapi saya bersyukur pada Allah telah menunjukan keburukan anak saya.sebelom terlanjur jauh dan saya sebagai orang tua akan selalu ada untuk anak saya dan menjadi ibu sekaligus teman untuk anak saya.

Dan saya akan lebih waspada lagi untuk mengawasi anak anak saya.bukan anak pertama saja melainkan ketiga anak saya yang lain,supaya pintar,cerdas seperti kakanya.trimakasih ya Allah Engkau telah mengajarkan kami.

Memang benar pengalaman itu merupakan guru,dan sangat bijak pada muridnya.



Terima kasih

maaf yo cah nek ono seng kurang tulisanku,soale aq ra iso moco mergo tulisane koyo cacing :)by : siti nur halimah.