Kamis, 16 Agustus 2012

...kenyataan....

. . . terkadang kenyataan memaksaku... terkadang pula kenyataan yang membuatku menjadi sesukaku... sebuah awal yang aku mulai... akhirnya harus aku jalani... walau bagaimanapun...kenyataan ini adalah hasil dari awal yang aku mulai... bukan mereka dan bukan pula " ia "... aku harus pikul kenyataan ini... . . .

Selasa, 31 Januari 2012

gw.......

w tau apa yg w lakukan... karna w yg ngelakukan...maka w bilang....w tau...!! dan w bakal tanya apa yg w kaga tau... dan...ketika w di ksih tau... maka w tetep berusaha tuk tanya trus... ampe w kehabisan pertanyaan... dan w bilang...w faham ....!!!!

Rabu, 03 Agustus 2011

filosofi bambu..


“Terus membangun pondasi akar pondasi agar kokoh, terus membangun ruas demi ruas yang ulet hingga menjulang sangat tinggi, mengikuti terpaan angin hingga tinggi tanpa melawan, namun tetap kemballi ke tempat semula, kokoh, berprinsip dan lembut.”



1. Sadar atau tidak,patok-patok bambu telah mengajarkan pada kita untuk membangun pondasi hidup yang kuat terlebih dahulu, baru kita tumbuh sesuka hati kita dan tanpa disuruhpun orang lain akan melihatnya, tak perlu menyombongkan diri.



2. Bambu mengajarkan untuk membangun pondasi hidup yang cukup kuat..sehingga kita dapat melesat secepat yang kita inginkan.



3. Dimanapun bambu berada, sesulit apapun keadaan, tak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tak ada alasan untuk berlama-lama terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.



4. Daun bambu menunjukkan kesetiaan kodratnya, tetap lurus dari awal hingga akhirnya harus lepas dari batang tempat dia bertaut untuk mendapatkan asupan makanan dari akar pergerakan daun bambu adalah simbol tuntutan hidup yang senantiasa harus fleksibel, lentur dan mengikuti arus tanpa harus roboh tercabut dari pondasi yang menjadi pijakannya



5. Dimanapun bambu berada, dimana bumi dipijak, senantiasa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitarnya.

by : susilowati

Selasa, 12 Juli 2011

taubatnya ahli maksiat

Kisah ini diambil dari majalah “Al-Ummah Al-Qatriyyah” No. 70, dari kolom bertajuk “TAUBAT”, ditulis oleh Husein Uwais Mathar.
Sungguh sahabatku telah berubah, tertawanya renyah lembut menyapa setiap telinga, laksana fajar menyingsing menyambut pagi. Padahal sebelumnya tertawanya seringkali memekakkan telinga dan menyakiti perasaan. Kini pandangannya sejuk penuh tawadhu. Sedangkan sebelumnya penuh dengan pandangan yang destruktif. Ucapan yang keluar dari mulutnya kini penuh dengan perhitungan, padahal sebelumnya sesumbar ke sana kemari melukai dan menyakiti hati orang, tidak peduli dan tidak ada beban dosa. Wajahnya tenang diliputi cahaya hidayah setelah sebelumnya terkesan garang dan tidak ada belas kasihan.
Aku tatap wajahnya, dia paham apa yang aku inginkan, lalu ia berkata,
“Sepertinya engkau ingin bertanya kepadaku. Apa yang membuatmu berubah?”
“Ya, itu yang aku ingin Tanya kepadamu”, tandasku, wajahmu yang kulihat beberapa tahun yang lalu berbeda 180 derajat dengan wajah yang kulihat sekarang.
سُبْحَانَ مُغَيِّرِ الأَحْوَالِ
Maha suci Allah yang Maha merubah keadaan,” katanya penuh rasa syukur. “Hmm… pasti di balik semua itu ada kisah menariknya,” komentarku.
“Ya, kisahnya bila kukenang, selalu menambah keimananku kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, kisahnya melebihi khayalan, namun tetap sebuah kenyataan yang telah merubah arah hidupku, sekarang aku akan ceritakan semua kisah ini.”
Ketika aku sedang mengendarai mobil menuju Kairo, di salah satu jembatan yang menghubungkan kota tersebut, tiba-tiba seekor sapi dan seorang anak kecil melintas di depanku, aku kaget dan tidak dapat mengendalikan kendaraan. Tanpa sadar mobilku terjun ke sungai, dan aku sudah ada di dalam air. Aku angkat kepalaku ke atas agar bisa bernafas, tetapi mobilku terus tenggelam dan air nyaris memenuhi dalam mobilku, tanganku segera menjamah gagang pintu, tapi pintunya terkunci. Saat itu aku merasa akan segera mati, yang terbayang adalah perjalanan hidupku yang penuh dengan dosa dan noda. Segalanya seperti gelap, seperti berada di terowongan yang dalam dan gelap, panik mencekam dan batinku berteriak, “Yaa Rabb… Selamatkanlah aku, bukan dari kematian yang sebentar lagi akan kualami, tapi selamatkanlah aku dari segala dosa yang telah melingkupi diriku, aku merasa jiwaku seperti melayang dan mohon ampun kepada Allah sebelum menemui-Nya, lalu aku mengucap dua kalimat syahadat, aku mulai merasa akan mati.
Aku berusaha menggerakkan tanganku untuk menggapai sesuatu, tiba-tiba tanganku menyentuh sesuatu yang bolong, aku ingat!, bolongan tersebut berasal dari kaca bagian depan, yang pecah sejak tiga hari yang lalu, tanpa pikir panjang lagi, aku dorong sekuat tenaga badanku keluar dari kaca bolong tersebut, aku kembali melihat cahaya terang, aku lihat masyarakat menyaksikan dari tepi sungai seraya saling berteriak keras agar ada salah seorang yang menolongku, lalu terjun dua orang dari mereka ke sungai dan membawaku ke tepinya, dengan fisik yang lemah lunglai aku masih merasa tidak yakin bisa selamat dan kembali hidup, dari kejauhan kulihat mobilku perlahan-lahan terbenam ke dalam air. Sejak detik itu aku merasa sangat ingin meninggalkan masa laluku yang penuh dengan dosa, hal itu langsung kubuktikan sesampainya di rumah, langsung kurobek-robek gambar dan poster para selebritis pujaan dan gambar wanita setengah telanjang yang sengaja kupajang di dinding rumahku, lalu aku masuk ke kamar dan menghempaskan badanku di atas kasur sambil menangis, baru pertama kali ini aku merasa menyesal terhadap dosa-dosa yang telah kuperbuat, semakin keras tangisku dan semakin deras air mataku bercucuran, sementara badanku gemetar. Saat itulah aku mendengar azan, seakan-akan aku baru mendengarnya pertama kali. Aku langsung bangkit berdiri dan segera bergegas mengambil air wudhu. Di masjid, setelah aku menunaikan shalat, aku menyatakan taubat dan mohon kepada Allah agar mengampuniku; Sejak itulah sebagaimana yang engkau lihat sekarang wajahku berubah karena taubat.”
Aku tertegun mendengar ceritanya lalu aku katakan kepadanya :
هَنِيْئًا لَكَ يَا أخِيْ وَحَمْدًا للهِ عَلَى سَلاَمَتِكَ لَقَدْ أَرَادَ اللهُ بِكَ خَيْرًا وَاللهُ يَتَوَلاَّكَ وَيَرْعَاكَ وَيُثَبِّتُ عَلَى الْحَقِّ خُطَاكَ
“Berbahagialah engkau hai saudaraku, segala puji bagi Allah atas keselamatanmu, sungguh Allah telah menghendaki kebaikan terhadapmu, Allah akan selalu melindungimu dan menjagamu, serta mengokohkan langkahmu di atas kebenaran”. (hdn)

Jumat, 20 Mei 2011

syair kematian

Tiupan serulingmu,
berdenting nyaring di indera pendengaranku,
Seolah memanggil jiwa ini,
di kesunyian hati tak terperih

Kutemui kau sang jubah hitam,
di ujung persimpangan malam,
Sebongkah batu tertunduk pilu,
manakala kau berkata,"waktumu sudah tiba...!"

Ilalang sontak cemas,
berpegang teguh di akar rapuh
Pucat menghinggapi wajahnya
Manakala kau berkata,"waktumu belum tiba!"

Kau hampiri diriku,
yang menggigil di tepi takdir,
kau lepaskan jubah kebesaranmu,
menyematkan di dingin badanku

"Telah tiba masamu bertemu kekasih jiwamu,
Usah takut dan meragu,
Telah berakhir segala resah dan gundah di penantian hari-harimu"

Kusambut tanganmu,
yang memelukku hingga bermandi peluh,
Kitapun menari di angkasa,
meninggalkan seonggok tubuh layu,
berselimutkan ilalang tertunduk haru
di tepi batu...

Sabtu, 23 April 2011

mengajari kita sebagai orang tua agar lebih bijak menghadapi masalah dalam rumah tangga terutama membimbing anak




15 tahun yang lalu ketika meninggalkan kampung halamanku menuju dunia baru yaitu rumah mertua.indah,waktu itu aku diantar oleh kedua orang tuaku beserta famili familiku. Disepanjang jalan aku selalu berfikir, dan berfikir tidak berhenti,mengenai hidupku bersama keluarga baruku,hatiku tidak tenang,gelisah,jantungku berdetak takberaturan,karena membayangkan omongan orang,suka duka tinggal sama mertua.

Kira kirapukul 3 sore aku beserta keluargaku sampai dijakarta aku beserta sekluargaku disambut dengan hangatnya oleh keluarga suami dan para tetangga.karna pada waktu itu mertua sengaja membuat syukuran dengan mengadakan pengajian.

Bada isya orangtuaku beserta keluarga berpamitan pulang,pada waktu itu hatiku tambah tak jelas.apalagi pada waktu ayahku berpesan singkat tentang bagaimana berpetilaku atau menyikapi tentang keluarga baruku tidak terasa air mataku mengalir dengan derasnya.suaraku berkata kata,aplagi waktu keluargaku melambaikan tangan berpisah sementara waktu.

Pada keesokan harinya saya melakukan aktifitas seperti dirumaku sendiri,hari pertama aku tinggal dirumah mertuaku’’ ternyata tidak seburuk apa yg saya bayangkan.mertua beserta ipar iparku semuanya ramah,baik bahkan mau memanggil saya kaka padahal usia saya jauh lebih muda dari mereka.

Singkat cerita kurang lebih 2 tahun sudah,saya berumah tangga akhirnya saya melahirkan putrid pertama saya.saya begitu senang,gembira karna telah melahirkan anak yang sehat,dan cantik.

Akan tetapi dibalik kebahagiaan saya,ternyata tak seindah yang saya bayangkan.karna nama nama yang saya persiapkan jauh jauh hari beserta suami saya tidak terpakai alias ditolak mentah mentah,dan memakai nama yang telah di persiapkan oleh mertuaku.

Tapi saya tidak mengambil sisi positifnya saja mungkin mertua saya sangat saying dan gembira karena telah memiliki cucu pertamanya.dengan melupakan siapa sebenarnya orang tuanya.dengan tidak sadar sudah menyinggung hatiku dan suamiku.

Tetapi tidak sampai disitu mertua saya selalu mendidik apa saja yang berhubungan dengan anak saya.

Mengenai pola asuh,sampai pendidikannya pun ditentukan oleh mertua,sekolah dimana,bagus atau tidak teman temannya siapa,pokonya bla bla deh ….

Dan hak saya sebagai orang tuanya itu apa ?

Singkat cerita saya melahirkan lagi anak ke dua,tiga dan keempat,dengan jarak tiga tahun’’keduali puti pertamaku enam tahun.dengan lahirnya anak yang kedua mertua kembali ikut andil dalam member nama mungkin lebih dari satu,pola asuh atau pendidikanya.inginya’’ semuanya,dan suami tidak senang,dan akhirnya suami saya memutuskan untuk pindah rumah.

Dan kami mulai belajar hidup mandiri yaitu dengan mengontrak sebuah rumah,kehidupan keluarga saya sedikit demi sedikit berunsur baik.ditambah lagi saya mulai mengajar disalah satu TK,dan saya sedikit mulai bisa membantu perekonomian suami,ditambah lagi anak saya.yang bungsu sekolah ditempat saya,mengaja secara tidak langsung saya bisa mengawasi anak saya tercinta.

Tetapi Allah mempunyai maksut lain menguji kesabaran hambanya,mula mula dari mengerjakan tugas sekolahnya,putrid pertama saya yang sekarang duduk disalah satu SMP di Jakarta Timur tepatnya kelas III SMP.

Berawal dari mengerjakan tugas sekolahnya diwarnet yang bertujuan untuk mencari artikel jurnal yang diperintahkan gurunya.tapi dia kebablasan ingin main fase book an dengan temanya dan mencari teman lewat fase book.

Buruknya dengan berubahnya putrid saya terdengar oleh mertua saya.Dia menghujat,menghina,dan melontarkan kata kata yang tidak enak didengar,tapi engga apa ini merupakan kesalahan saya,dan saya akan lebih waspada lagi untuk mengawasi anak saya dan’’ perhatian khusus demi anak saya.

Dengan adanya surat panggilan dari sekolah anak saya,karna anak saya sering bolos,saya tidak menyalahkan anak saya tapi saya bersyukur pada Allah telah menunjukan keburukan anak saya.sebelom terlanjur jauh dan saya sebagai orang tua akan selalu ada untuk anak saya dan menjadi ibu sekaligus teman untuk anak saya.

Dan saya akan lebih waspada lagi untuk mengawasi anak anak saya.bukan anak pertama saja melainkan ketiga anak saya yang lain,supaya pintar,cerdas seperti kakanya.trimakasih ya Allah Engkau telah mengajarkan kami.

Memang benar pengalaman itu merupakan guru,dan sangat bijak pada muridnya.



Terima kasih

maaf yo cah nek ono seng kurang tulisanku,soale aq ra iso moco mergo tulisane koyo cacing :)by : siti nur halimah.

Minggu, 13 Maret 2011

menguatkan hati..

Di dalam keluarga, pasangan hidup senantiasa saling menguatkan hati. Bila suami sedang bersedih maka tugas istri untuk menguatkan hati suami, demikian juga sebaliknya. Pernah ada seorang ibu yang menuturkan bahwa disaat suaminya memiliki jabatan di kantornya sehingga kondisi keuangan keluarga baik dan tidak kekurangan. Namun belakangan ini suaminya bercerita kalo dia mendengar desas desus dirinya segera dipindahtugaskan bahkan ada kemungkinan akan dirumahkan, hal inilah yang membuatnya uring-uringan terus. Sampai istri sudah berusaha menghibur dengan mengatakan bahwa semua itu adalah bagian dari resiko pekerjaannya. Namun semakin hari sepertinya suami semakin tambah stress. Bahkan istri juga ikut-ikutan tegang karena setiap pulang kantor selalu bertanya-tanya apalagi yang akan menjadi obyek kemarahannya, 'Mas Agus, bagaimana saya harus bersikap untuk menghibur suami agar tidak selalu uring-uringan?'

Siang itu di Rumah Amalia saya menjelaskan padanya bahwa tugas kita senantiasa mendampingi pasangan hidup kita dalam suka maupun duka, menjadi penghibur suami ketika bersusah hati dan menjadi penopang suami ketika sedang limbung atau merasa kehilangan kepercayaan diri. Reaksi suaminya yang sering uring-uringan merupakan reaksi yang sangat manusiawi karena siapapun yang menghadapi ancaman kehilangan jabatan atau PHK cukup memberikan tekanan yang berat pada suami sekaligus seorang ayah yang bertanggungjawab terhadap keluarganya. Rasa tanggungjawab itulah yang memberikan tekanan psikologis yang berat bagi dirinya sehingga bila istri menghibur dengan tutur kata yang lembut masih dirasa belum cukup maka cobalah dengan tindakan seperti berhemat atau sudah mulai dengan berpikir mencari alternatif usaha mandiri atau berwirausaha sebab dengan cara ini menjadi kegiatan yang bisa menghibur suami bahwa masa depan dan rizki yang mengatur Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ketakutan akan kehilangan pekerjaan tentu saja akan berimbas pada semua anggota keluarga, tentu saja perlu didiskusikan bersama dengan suami dan harus diingat jika suami sedang sensitif, bila tidak bijak mengkomunikasikan tentunya malah hanya menimbulkan pertengkaran maka istri harus menjadi tegar dalam menerima kemungkinan yang terburuk suami bila sampai dirumahkan dari kantor tempatnya bekerja. Jadikanlah kondisi yang dialami ini sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak bersyukur atas semua nikmat dan anugerahNya dengan lebih giat melaksanakan sholat fardhu dengan tepat waktu. Mengajak suami dan anak-anak agar sabar & ikhlas menerima ketetapan Allah bahwa apapun yang terjadi, Allah senantiasa memiliki rencana yang terindah bagi keluarganya sehingga kebahagiaan dan ketenteraman hadir ditengah keluarga ketika dilanda guncangan hidup yang hebat.

By: M. Agus Syafii